Jumat, 07 Oktober 2011

Fenomena Ritual kurban dalam Agama



Arti Kurban
Apa makna dari adanya upacara kurban? Apa manfaat dari diadakannya upacara kurban? Upacara kurban adalah merupakan suatu ritual yang memberikan persembahan-persembahan berupa makanan dan minuman dari manusia kepada suatu makhluk yang supranatural. Maka tentu saja ritual ini berbeda sekali dengan memberikan persembahan-persembahan kepada para penguasa lain seperti contohnya membayar pajak atau upeti.[1] Upacara kurban ini merupakan suatu praktek komunikasi non-verbal antara manusia kepada makhluk supranatural tersebut. Kebanyakan dari upacara kurban yang dilakukan adalah untuk tukar menukar yang diberikan oleh manusia kepada makhluk supranatural tersebut.
Tentu saja pertukaran tersebut tidaklah selalu diartikan secara horizontal yang selama ini kita lakukan kepada antar manusia, yakni kita memberi sesuatu barang kemudian orang yang kita beri juga membalasnya dengan barang. Akan tetapi pertukaran tersebut dilakukan untuk menyatakan syukur, menyembah dan memberi penghormatan, merayakan acara khusus dan menebus dosa. Intinya pertukaran tersebut diadakan hanya untuk menjalin hubungan antara si pemberi dan yang menerima. Adat pertukaran hadiah yang selama ini terjadi diantara sesama manusia secara tidak langsung juga terpraktekkan tidak hanya kepada sesama manusia saja. Melainkan terjadi antara manusia kepada dewa-dewanya atau Tuhannya dalam bentuk ritual kurban.

Upacara Kurban dalam Hinduisme
Dalam Hinduisme, tindakan religius pada hakikatnya adalah pengurbanan yang merupakan suatu tindakan penghormatan kepada dewa-dewa dalam peribadahan. Upacara kurban tersebut adalah berupa persembahan hadiah dengan maksud untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dari Tuhan, seperti kemakmuran, kesehatan, panjang umur, ternak, keturunan laki-laki dan lainnya.[2] Beberapa contoh dari adanya upacara-upacara kurban di Hindu adalah mengacu kepada suatu permohonan, seperti contoh Upacara Kurban Veda.
Beberapa bagian dari sesajian/persembahan tersebut dilempar ke dalam api, sedangkan sisanya dimakan habis oleh para petugas upacara, yang kesemuanya diinginkan hanya untuk memberikan permohonan kepada Tuhan selaku yang mengabulkan dan juga kepada para petugas upacara yang merupakan imam yang berlaku sebagai perantara dari dewa. Beberapa contoh dari Upacara Kurban Veda yang paling meriah adalah ‘Kurban kuda/Ashvamedha’. Upacara ini merupakan apesta kerajaan dan terkenal, yakni diadakan untuk dimohonkan kepada Tuhan agar kerajaan dan rakyatnya memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan. Sebagai manifestasi dari kewibawaan dan kejayaan kerajaan, upacara ini diselenggarakan oleh seorang raja yang menang atau raja yang ingin memenangkan peperangan.[3]

Upacara kurban dalam Islam
Sedangkan dalam Islam sendiri, ritual yang lebih banyak dilakukan untuk menjalin hubungan vertikal antara Tuhan dengan makhluknya adalah dengan cara shalat. Layaknya seperti upacara pengurbanan yang dilakukan agar dapatnya kita akan suatu permohonan, bersyukurnya kita akan suatu karunia Tuhan dan lainnya, maka shalat ini juga bisa kita katakan sebagai ritual pengurbanan juga. Lantas apa yang dipersembahkan kepada Tuhan dalam shalat mengingat tidak ada benda yang diberikan? Persembahan itu menurut pemakalah adalah diri kita sendiri. Kita memasrahkan diri kita dengan tunduk kepada keimanan dan ketaatan dengan harapan kita mendapat karunia Tuhan atau juga sebagai puncak rasa syukur kepada-Nya.
Akan tetapi meskipun begitu, bukan berarti dalam Islam tidak terdapat suatu contoh praktek dari ritual upacara kurban. Berdasarkan kriteria upacara kurban menurut Mariasusai Dhavamony, yakni adanya pertukaran yang diberikan oleh manusia kepada makhluk supranatural, maka secara eksplisit hanya upacara kurban yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha-lah yang termasuk dalam kriteria upacara kurban.
Akan tetapi pertukaran tersebut sifatnya tidak secara dhohir yakni si manusia memberikan barang sesajiannya kepada Tuhannya layaknya di Hindu. Melainkan pertukaran tersebut terjadi secara bathin atau mudahnya dapat kita maknai sebagai pertukaran niat, yakni kita mengurbankan hewan ternak dengan maksud sebagai apresiasi syukur kepada tuhan karena telah diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji (mengingat sebagian besar yang melaksanakan upacara kurban ini adalah para jemaah haji) dan sedangkan benda yang dikurbankan yang berwujud hewan ternak tersebut dibagikan kepada khalayak ramai, akan tetapi tidak dapat kita generalisir-kan seperti itu, mengingat faktanya upacara kurban ini juga dilakukan oleh orang-orang yang tidak berangkat menunaikan ibadah haji. Mengapa mereka yang tidak melakukan haji juga ikut melakukan upacara kurban? Hal ini terjadi karena ritual upacara kurban tersebut merupakan suatu peristiwa yang telah terjadi pada dahulu kala yang dilakukan oleh salah satu nabi mereka yakni Ibrahim as. Maka secara serta merta tindakan ini ditiru oleh umat Islam setiap tahunnya


[1] Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama ((Yogyakarta: Kanisius, 1995) Hal: 214
[2] Ibid, Hal: 208
[3] Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama ((Yogyakarta: Kanisius, 1995) Hal: 209

Tidak ada komentar: